Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PANGGILAN TERAKHIR DARI LANTAI EMPAT

Asrama Gading Putih terkenal di kalangan mahasiswa sebagai tempat yang murah dan strategis. Namun, tidak semua tahu bahwa lantai empat bangunan itu telah lama dikosongkan. Kabarnya, seorang mahasiswi bernama Diah ditemukan gantung diri di salah satu kamar tahun 2011. Sejak saat itu, kamar tersebut disegel, dan seluruh lantai empat tidak lagi dihuni.

Alya, mahasiswa semester lima yang baru saja pindah ke asrama itu, tak pernah memikirkan cerita tersebut terlalu serius. Ia lebih fokus pada kuliahnya dan pekerjaan paruh waktu. Hingga suatu malam, tepat pukul 03.00, ponselnya berdering. Nomor tak dikenal muncul di layar.

“Hallo?” sapanya pelan, setengah mengantuk. Tak ada suara. Hanya ada dengusan napas berat dan samar-samar suara tangis perempuan. Alya merinding. Ia langsung menutup telepon dan mencoba tidur kembali.

Namun malam berikutnya, hal yang sama terulang. Panggilan dari nomor tak dikenal, selalu pukul 03.00. Kali ini, suara perempuan itu lebih jelas.

“Tolong aku… aku di sini… di lantai empat…”

Alya terjaga semalaman. Paginya, ia mencoba bertanya ke penghuni lama. Seorang senior bernama Iqbal menariknya ke sudut kantin dan bicara pelan.

“Nomor itu… dulu juga sering nelpon penjaga asrama. Tapi begitu dicek, nggak pernah ada siapa-siapa di lantai empat. Dan yang paling aneh, sinyal teleponnya selalu terlacak dari kamar 404, kamar Diah.”

Alya yang penasaran, memutuskan untuk menyelidiki. Ia menyelinap ke lantai empat bersama Iqbal malam itu. Tangga menuju lantai itu ditutup dengan rantai, tapi mereka berhasil melewatinya.

Suasana di lantai empat terasa sunyi, berdebu, dan gelap. Setiap langkah mereka menimbulkan gema yang mencekam. Mereka berhenti di depan kamar 404. Pintu kayu tua itu terkunci, namun terasa dingin menusuk dari celah bawahnya.

Tiba-tiba, ponsel Alya kembali berdering. Ia mengangkatnya dengan tangan gemetar.

“Sudah kubilang… aku di sini…” suara itu lirih, namun jelas berasal dari balik pintu kamar.

Tak tahan lagi, Iqbal menghantamkan kakinya ke pintu hingga terbuka. Di dalam, hanya ada ruangan kosong, dengan tali tambang yang masih tergantung di langit-langit, berayun pelan meski tak ada angin.

Di pojok kamar, terdapat sebuah ponsel lawas, baterainya sudah lepas, berdebu. Alya mendekat, dan saat menyentuh ponsel itu, ponselnya sendiri jatuh dari tangan—layarnya menunjukkan log panggilan dari nomor yang sama… tapi tertulis “Diah” sebagai kontaknya.

Mereka keluar terburu-buru dan segera melapor ke penjaga asrama. Esoknya, kamar itu kembali disegel dan sejak saat itu, tidak pernah ada lagi panggilan aneh di pukul 03.00.

Namun, beberapa tahun kemudian, saat Alya telah lulus dan pindah kota, ia mendapat pesan singkat dari nomor tak dikenal.

“Masih ingat aku? Aku belum sempat bilang terima kasih…”
Pesan itu datang tepat pukul 03.00 dini hari.

Post a Comment for " PANGGILAN TERAKHIR DARI LANTAI EMPAT"